Portugal adalah negara yang mempunyai talian sejarah yang erat dengan Indonesia di masa lalu, baik dari segi sejarah, bahasa, dan mungkin pula arsitekturnya. Pada bulan Juli 2008, setelah mengikuti Kongres UIA 2008, enambelas arsitek dari Indonesia menyempatkan diri berkunjung ke kota Porto.
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Porto, kota ini tampak seperti diabadikan sejak beberapa abad silam. Arsitektur bergaya Barok, bangunan-bangunan tua bertempelkan azulejos (keramik yang dilukis), dan jalan-jalan bebatuan (cobblestones) menjadi salah satu ciri khas wajah kota kedua terbesar di Portugal ini. Bahkan pusat kota tuanya dinyatakan sebagai World Heritage Site oleh UNESCO. Tepian sungai Douro, yang menjadi batas fisik kota ini di sisi Selatan, merupakan salah satu lokasi yang paling digemari oleh para turis, dan penuh dengan bangunan-bangunan tua yang berfungsi sebagai hotel, took-toko, dan restoran.
Tetapi pada pandangan kedua, di sana-sini terselip bangunan-bangunan baru yang menunjukkan keinginan kota ini untuk mengikuti perkembangan zaman. Salah satu tepian sungai Douro pun direvitalisasi dengan penataan lansekap berupa taman. Beberapa paviliun yang kecil dan transparan didirikan agar tidak menghalangi pemandangan ke arah sungai. Paviliun-paviliun ini berfungsi sebagai kafe dan restoran baru yang memiliki desain yang unik.
Di seluruh penjuru kota ini dapat ditemukan karya-karya dari Alvaro Siza, berupa bangunan-bangunan modernis yang kental dengan konteks lokal. Kota Porto seolah 'dikuasai' oleh Alvaro Siza dan anak didiknya, Eduardo Souto de Moura, serta arsitek-arsitek muda hasil didikan atau yang terpengaruh oleh ajaran Siza.
Alvaro Siza adalah arsitek kelahiran Matosinhos (1933), yang menamatkan pendidikan di Fakultas Arsitektur University of Porto tahun 1955. Ia kemudian mengajar di sekolah yang sama dan bahkan merancang kampusnya yang baru pada tahun 1995. Arsitek yang sering diminta menjadi dosen tamu di berbagai perguruan tinggi terkemuka di dunia ini merupakan pemenang berbagai medali emas untuk arsitektur, termasuk Mies van der Rohe Award dan penghargaan tertinggi dalam arsitektur, yaitu Pritzker Prize pada tahun 1992.
Beberapa karya arsitektur yang sempat kami kunjungi meliputi:
1. Metropolitana subway stations Eduardo Souto de Moura
Dalam perjalanan dari bandara menuju ke tengah kota, hampir semua pemberhentian kereta di kota ini didesain oleh de Moura. Dari stasion-stasion kecil berupa kotak persegi panjang yang bergaris tajam dan tegas yang kontras dengan area rural di sekitarnya. Sampai dengan stasion bawah tanah yang diberi lubang-lubang besar di di atapnya untuk memasukkan cahaya.
2. SAAL Social Housing Alvaro Siza
Salah satu proyek perumahan murah yang didesain Siza untuk Dewan Perumahan Portugal. Meskipun pendanaan proyek ini sangat terbatas, Siza mampu menciptakan desain yang tidak biasa. Dimulai dengan 2 blok yang dibangun pada tahun 1977, sekarang sudah berdiri 4 blok dengan ruang sosial di antaranya. Karena murahnya harga hunian yang terletak di pusat kota ini, sekarang perumahan ini juga digemari oleh para seniman dan keluarga muda.
3. Casa da Musica Rem Koolhaas (OMA)
Gedung pertunjukan yang mirip meteor yang jatuh dari langit ini menjadi salah satu kebanggan kota Porto. Bangunan yang didirikan dalam rangka pencanangan kota Porto sebagai salah satu culture capital di Eropa. Rem Koolhaas berhasil mengintegrasikan bahasa lokal berupa penyederhanaan pola-pola keramik azulejos ke dalam eksplorasi desain interiornya, dan menciptakan serangkaian pengalaman ruang yang berbeda. Terlepas dari bentuknya yang menarik, secara teknis bangunan ini banyak menimbulkan kepusingan bagi pengelola dan pemakainya.
4. School of Architecture, University of Porto Alvaro Siza
Kampus yang dibangun tahun 1992 ini terdiri dari 4 menara yang berisi ruang studio untuk masing-masing tingkat pendidikan. Lokasi menara kelima yang tidak jadi dibangun dijadikan area publik tempat para mahasiswa beristirahat di alam terbuka. Bangunan besar di belakangnya berisi auditorium, perpustakaan dan kantor penunjang. Ruang-ruang studio di keempat menara memiliki pemandangan menghadap ke lembah sungai Douro. Siza beranggapan bahwa mahasiswa arsitektur perlu diberi stimulasi yang cukup untuk mengembangkan kreativitasnya dalam mendesain.
5. Burgo Tower Eduardo Souto de Moura
Gedung kantor yang baru selesai dibangun ini terdiri dari sebuah menara vertikal dan sebuah bangunan horizontal. Dengan mengulang modul yang sama di seluruh permukaan bangunan, pengolahan fasade dengan cerdas menggunakan material yang berbeda berdasarkan bukaan terhadap arah matahari. Pada plaza di depan bangunan ini terdapat skulptur besar karya arsitek/perupa Porto, Nadir de Afonso.
6. Serralves Museum of Contemporary Art Alvaro Siza
Museum yang dikelilingi oleh taman besar ini menunjukkan keahlian Siza dalam mengolah sekuens dan pengolahan volume dan bidang. Dari mulai pintu masuk sampai kedalam museum, dan menuju ke restoran di atas atap museum, mata kita disuguhi oleh pemandangan yang selalu berbeda.
7. Manoel de Oliveira Cinema House Eduardo Souto de Moura
Rumah, kantor dan bioskop kecil untuk seorang pembuat film independen. Kotak-kotak kantilever pada lantai atas diarahkan untuk menikmati pemandangan ke arah laut di antara sela-sela bangunan disekitarnya.
8. Apartemen di Rua de Teatro Eduardo Souto de Moura
Apartemen yang terletak di antara perumahan dari abad ke-18 ini merupakan eksperimen de Moura untuk menggabungkan sistem struktur baja yang modern dengan material batu yang sejenis dengan rumah-rumah di sekitarnya.
9. Bar Ar de Rio Guedes + de Campos
Batas yang semu antara ruang luar dan dalam adalah hal yang diinginkan oleh pemilik paviliun kecil di tepi sungai ini. Kotak kaca sepanjang 27 meter ini ditopang oleh struktur besi solid berbentuk heksagon yang membentuk pola sarang lebah dan sekaligus menjadi peneduh terhadap sinar matahari yang terik.
sumber:
http://www.archicentrum.com
Posting Komentar